Perkembangan Penduduk Indonesia
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS GUNADARMA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS GUNADARMA
PERKEMBANGAN PENDUDUK INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Laju
pertumbuhan penduduk merupakan permasalahan krusial yang dihadapi oleh
negara-negara berkembang di dunia, khususnya negara-negara berpenduduk besar
dan padat sperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data dasar
yang diperoleh mengenai jumlah kelahiran, sehingga diperlukan berbagai upaya
yang berkesinambungan untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Indonesia
sebagai suatu negara yang sedang berkembang dengan penduduk terbesar nomor
empat di dunia, juga menghadapi persoalan yang serupa.
Laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini
tercermin dari hasil sensus penduduk 2010, Indonesia menunjukkan gejala ledakan
penduduk. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa dengan
laju pertumbuhan 1,49 persen pertahun, sementara pada tahun 2008 masih tercatat
288,53 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk ini jika tetap pada angka itu, pada
2045 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 450 juta jiwa. Peningkatan
penduduk yang tinggi ini akan mengakibatkan permasalahan jika tidak
dikendalikan (BKKBN, 2010).
Definisi
dari laju pertumbuhan penduduk itu sendiri adalah Angka yang menunjukan tingkat
pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan
sebagai persentase dari penduduk dasar. Laju pertumbuhan penduduk dapat
dihitung menggunakan tiga metode, yaitu aritmatik, geometrik, dan eksponesial.
Metode yang paling sering digunakan di BPS adalah metode geometrik.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1.
Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
Penduduk adalah orang atau
sekumpulan orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negara, dan pulau)
yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku di tempat
tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama tinggal penduduk suatu daerah dapat
dibedakan menjadi empat golongan, yaitu penduduk asli, penduduk pendatang,
penduduk sementara, dan tamu.
Penduduk asli adalah orang
yang menetap sejak lahir. Penduduk pendatang adalah orang yang menetap, tetapi
lahir dan berasal dari tempat lain. Penduduk sementara adalah orang yang
menetap sementara waktu dan kemungkinan akan pindah ke tempat lain karena
alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan lain. Tamu adalah orang yang berkunjung
ke tempat tinggal yang baru dalam rentang waktu beberapa hari dan akan kembali
ke tempat asalnya.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah
penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu
sebelumnya Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah
kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan
faktor alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi
ada dua yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan
migrasi keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi
karena pada tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain
itu juga kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyaklah orang
yang melakukan migrasi.
2.2. Pertambahan Penduduk & Lingkungan
Pemukiman
Penduduk dunia saat ini telah
mencapai lebih dari 6 miliar, dimana di antara jumlah tersebut, 80 persen
tinggal di negara-negara berkembang. Sementara itu, United Nations (2001)
memproyeksikan bahwa penduduk perkotaan di negara-negara berkembang terus
meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 2,4 persen per tahun. Angka ini
merupakan dua kali lipat angka pertumbuhan penduduk total negaranegara
berkembang pada umumnya, yakni sekitar 1,2 persen. Meski penduduk perkotaan di
negara-negara maju juga meningkat dengan angka pertumbuhan yang lebih besar
daripada angka pertumbuhan penduduk totalnya, dan juga angka urbanisasinya jauh
lebih besar daripada negara-negara berkembang, pertumbuhan perkotaan di Negara
negara berkembang tetap lebih cepat disertai dengan meningkatnya penduduk
perkotaan secara absolut.
Sensus Penduduk 2000
menunjukkan bahwa jumlah penduduk perkotaan di Indonesia telah mencapai lebih
dari 85 juta jiwa, dengan laju kenaikan sebesar 4,40 persen per tahun selama
kurun 1990-2000. Jumlah itu kira-kira hampir 42 persen dari total jumlah
penduduk.
Mengikuti kecenderungan
tersebut, dewasa ini (2005) diperkirakan bahwa jumlah penduduk perkotaan telah
melampaui 100 juta jiwa, dan kini hampir setengah jumlah penduduk Indonesia
tinggal di wilayah perkotaan. Hal ini tentu saja berdampak sangat luas pada
upaya perencanaan dan pengelolaan pembangunan wilayah perkotaan, termasuk pula
lingkungan pemukiman perkotaan yang ikut bertambah populasinya.
Tingkat
pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali telah mengakibatkan munculnya
kawasan-kawasan permukiman kumuh dan squatter (permukiman liar). Untuk mencapai
upaya penanganan yang berkelanjutan tersebut, diperlukan penajaman tentang
kriteria permukiman kumuh dan squatter dengan memperhatikan kondisi sosial
ekonomi masyarakat serta lingkungannya. Pemahaman yang komprehensif kriteria
tersebut akan memudahkan perumusan kebijakan penanganan serta penentuan
indikator keberhasilannya.
Bertambahnya penduduk jelas akan bertambah pula kepadatan pemukiman. Hal
ini diakibatkan bertambahnya populasi manusia yang semakin banyak. Ini jelas
akan terjadi kejenuhan yang ada di kota-kota besar seperti Jakarta .
Bertambahnya penduduk jelas mempengaruhi lingkungan seperti banyaknya sampah
dan tata ruang atau kota yang sangat buruk dan menghilangkan keindahan kota.
Lingkungan yang padat penduduknya biasanya
dapatmengurangi keindahan tempat pemukiman tersebutseperti banyaknya sampah
karena banyaknya pendudukyang membuang sampah sembarangan .Karena bertambah
pesatnya penduduk terjadikesenjangan sosial, salah satunya rusaknya
lingkunganpemukiman penduduk yang seharusnya pemukiman itutertata bersih,
nyaman, dan indah terawat tetapi semuaberubah terbalik menjadi kotor dan
berantakan.
2.3. Pertumbuhan Penduduk & Tingkat Pendidikan
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu
tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia
dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari
tahun 1995 sampai 2000.
Suatu
wilayah dengan pertambahan penduduk yang pesat dapat menyebabkan masalah-
masalah pendidikan, pengangguran, kesenjangan sosial dan masalah-masalah
lainnya. Dengan jumlah penduduk yang besar maka fasilitas- fasilitas sosial,
pendidikan dan pekerjaan juga ikut meningkat. Jika penduduk di suatu kota yang
padat tidak terpenuhi fasilitas pendidikannya maka akan menyebabkan penurunan
tingkat pendidikan wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah dapat
menyebabkan pengangguran sehingga dampak pada tingkat perekonomian juga
memburuk. Jika masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan negara tidak dapat
dihindari.
Tingkat
pendidikan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami depresi. Hal ini
memicu terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak dilakukan oleh anak-anak
di bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah ini bisa menyebabkan tingkat
tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak meningkat. Generasi muda dan
anak-anak yang cerdas adalah kunci kemajuan suatu negara. Jika masa kanak-kanak
mereka diisi dengan hal-hal negatif maka jalan menuju kesuksesan bangsa akan
semakin jauh.
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga untuk
melaksanakan pembangunan dalam segala bidang belum dapat berjalan dengan cepat,
karena kekurangan modal maupun tenaga tenaga ahli/ terdidik, Akibatnya
fasilitas secara kualitatif dalam bidang pendidikan masih terbatas. Pertambahan
penduduk yang cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas
pendidikan, cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan
fasilitas pendidikan menghambat program persamaan atau perimbangan antara
pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin.
2.4. Pertumbuhan Penduduk & Penyakit Yang
Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran,
kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor
alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua
yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi
keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada
tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga
kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang
melakukan migrasi.
Dalam dalam
masalah ini maka penduduk tidak aka jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit
yang melanda penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat
ataupun pemukiman yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang tidak terawat
yang menyebabkan segala penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut
yang mengakibatkan kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk. Untuk
menjamin kesehatan bagi semua orang di lingkunan yang sehat, perlu jauh lebih
banyak daripada hanya penggunaan teknologi medikal, atau usaha sendiri dalam
semua sektor kesehatan.
Usaha-usaha secara
terintegrasi dari semua sektor, termasuk organisasi-organisasi,
individu-individu, dan masyarakat, diperlukan untuk pengembangan pembangunan
sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan manusiawi, menjamin dasar lingkungan hidup
dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan. Seperti semua makhluk hidup,
manusia juga bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi keperluan-keperluan
kesehatan dan kelangsungan hidup. Kesehatanlah yang rugi apabila lingkungan
tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, air, sanitasi,
dan tempat perlindungan yang cukup dan aman- karena kurangnya sumber-sumber
atau distribusi yang tidak merata. Kesehatanlah yang rugi apabila orang-orang
menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah- seperti binatang-binatang
mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau supir-supir yang mabuk.
Kesehatan manusia adalah keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa
kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang
kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian
lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses
pembangunan. Lingkungan yang sehat menghasilkan masyarakat yang sehat,
sebaliknya lingkungan yang tidak sehat menyebabkan banyak penyakit
Kemampuan manusia
untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali
pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka
hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya,
masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup
sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup
tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang
diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya
tadi. Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya
social ekonomi. WHO menyatakan “Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh
secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari
penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan.
Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan
(somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari
penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada
kata kesehatan. Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal
yang perlu mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat
berubah seperti: Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan
sampah,pembuangan air limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah
pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi
pantai,penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan
satu model penyakit.
Jumlah penduduk
yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani masalah.pemukiman
sangat penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan
sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi masyarakat. Perumahan juga
harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau dari segi bangungan,
drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik uang dapat
menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur.
Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur
ekonomi menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang
meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti
penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan
status gizi.
2.5. Pertumbuhan
Penduduk & Kelaparan
Kekurangan gizi
dan angka kematian anak meningkat di sejumlah kawasan yang paling buruk di Asia
dan Pasifik kendati ada usaha internasional untuk menurunkan keadaan itu, kata
sebuah laporan badan kesehatan PBB hari Senin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menegaskan bahwa sasaran kesehatan yang ditetapkan berdasarkan delapan Tujuan
Pembangunan Milenium PBB tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015
berdasarkan kecnderungan sekarang. “Sejauh ini bukti menunjukkan bahwa kendati
ada beberapa kemajuan, di banyak negara, khususnya yang paling miskin, tetap
ketinggalan dalam kesehatan,” kata Dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu.
Kendati tujuan pertama mengurangi kelaparan, situasinya bahkan memburuk
sementara negara-negara miskin berjuang mengatatasi masalah pasokan pangan yang
kronis, kata data laporan itu.
Antara tahun 1990 dan 2002– data yang paling
akhir– jumlah orang yang kekurangan makanan meningkat 34 juta di indonesia dan
15 juta di Surabaya dan 47 juta orang di Asia timur, kata laporan tersebut.
Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat badannya terlalu ringan di
Surabaya, tenggara dan timur meningkat enam sampai sembilan persen antara tahun
1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32 persen). Lebih dari separuh
anak-anak di Asia selatan kekurangan gizi, sementara rata-rata di negara-negara
berkembang tahun 2003 tetap sepertiga. “Meningkatnya pertambahan penduduk dan
produktivitas pertanian yang rendah merupakan alasan utama kekurangan pangan di
kawasan-kawasan ini,” kata laporan itu. Kelaparan cenderung terpusat di
daerah-daerah pedesaan di kalangan penduduk yang tidak memilki tanah atau para
petani yang memiliki kapling yang sempit untuk memenunhi kebutuhan hidup
mereka,” tambah dia.
Tidak
ada satupun negara-negara miskin dapat memenuhi tantangan mengurangi tingkat
kematian anak. Kematian bayi meningkat tajam di Surabaya antara tahun 1999 dan
2003, yang menurut data terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai 126 anak per
1.000 kelahiran hidup. Juga terjadi peningkatan tajam dari 38 menjadi 87 per
1.000 kelahiran hidup. “Untuk sebagian besar negara kemajuan dalam mengurangi
kematian anak juga akan berjalan lambat karena usaha-usaha mengurangi
kekurangan gizi dan mengatasi diare, radang paru-paru, penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin dan malaria tidak memadai,” kata laporan itu. Berdasarkan
kecenderungan sekarang, WHO memperkirakan pengurangan dalam angka kematian
dikalangan anak berusia dibawah lima tahun antara tahun 1990 dan 2015 akan
menjadi sekitar seperempat, kurang dari dua pertiga dari yang diusahakan.
Tingkat kematian ibu diperkirakan akan menurun
hanya di negara-negara yang telah memiliki tingkat kematian paling rendah
sementara sejumlah negara yang mengalami angka terburuk bahkan sebaliknya.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran di Indonesia,
diperparah dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata. “Jika semua itu,
tidak segera dikendalikan, maka hal itu akan jadi beban buat kita semua. Karena
itu, baik pria maupun wanita harus memaksimalkan program KB. Untuk mengurangi
jumlah penduduk lapar tersebut, maka menurut Diouf diperlukan peningkatan
produksi dua kali lipat dari sekarang pada tahun 2050. Peningkatan produksi ini
khususnya perlu terjadi di negara berkembang, di mana terdapat mayoritas
penduduk miskin dan lapar. Jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan
meningkat sekitar 50 juta jiwa selama tahun 2007 akibat dari kenaikan harga
pangan dan krisis energi.
2.6. Kemiskinan & Keterbelakangan
Pertumbuhan
penduduk sangat berkaitan dengan kenaikan ataupun penurunan angka kematian dan
kelahiran selain itu juga sangat berpengaruh dengan angka kemiskinan dan
keterbelakangan yang mengakibatkan semakin menurunnya otonomi daerah
tersebut.Hal itu terjadi dikarenakan beberapa hal seperti keadaan ekonomi yang
mengakibatkan tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup sehingga banyak orang yang
mengalami kemiskinan dan keterbelakangan karena dalam kebutuhan pokok yang
mereka makan bisa jadi tidak bergizi dan tidak mengandung protein yang
menunjang sehingga menyebabkan keterbelakngan mental, fisik, maupun sosial.
Kemiskinan dan
keterbelakangan begitu erat kaitannya satu sama lain sehingga dapat dianggap
sebagai satu pengertian, maka digunakan satu istilah saja, yaitu kemiskinan di
mana sudah terkait pengertian keterbelakangan.
Dampak kemiskinan
terhadap orang-orang miskin sendiri dan terhadap lingkungannya, baik lingkungan
social maupun lingkungan alam, dengan sendirinya sudah jelas negative. Orang
miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi minimal bagi dirinya sendiri maupun
bagi keluarganya. Dampak kemiskinan terhadap lingkungan social
tampakmengalirnya penduduk ke kota-kota tanpa bekal pengetahuan apalagi bekal
materi. Akibatnya antara lain ialah banyaknya tukang becak, pemungut punting,
gelandangan, pengemis, dan sebagainnya yang menghuni kampung-kampung liar dan
jorok di gubuk-gubuk reot yang tidak pantas didiami manusia.
Kemiskinan adalah
kurangnya kebutuhan atau ketidakmampuan dasar manusia seperti air bersih , gizi
, perawatan kesehatan , pendidikan , pakaian dan tempat tinggal. Kemiskinan
relatif adalah kondisi memiliki sumber daya yang lebih sedikit atau penghasilan
kurang daripada yang lain dalam masyarakat atau negara, atau dibandingkan
dengan rata-rata di seluruh dunia.
VIDEO TERKAIT JUDUL :
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pertumbuhan
penduduk mempengaruhi pada perkembangan sosial dalam masyarakat. Perkembangan
sosial seperti seperti kurangnya pangan, rendahnya pendidikan masyarakat dll.
Cara mengatasi pembludakan pertumbuhan penduduk tersebut adalah dengan Membuat
Undang-Undang yang jelas tentang umur minimum pernikahan, Program KB (keluarga
berencana) dan sosialisasi pada masyarakat.
Dan untuk Ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemiskinan adalah sesuatu yang bertentangan.
Teknologi diciptakan oleh manusia demi kesejahteraan umat manusia dan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan arti menciptakan, mencari kesenangan manusia,
melindungi dari malapetaka, kelaparan, melindungi dari bahaya kekejaman alam
serta memenuhi kebutuhan pokok manusia. Ilmu pengetahuan, teknologi serta
kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas, sebab bagi siapa saja yang
dapat menguasai IPTEK maka ia akan berkembang mengikuti era globalisasi yang
sudah modern ini.
DAFTAR PUSTAKA :
Komentar
Posting Komentar